Bagi pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) yang ginjalnya tidak lagi berfungsi optimal, hemodialisis atau yang lebih dikenal dengan cuci darah adalah prosedur medis penyelamat jiwa. Prosedur ini menggunakan mesin canggih untuk mengambil alih fungsi ginjal, yaitu menyaring darah dan membuang limbah serta cairan berlebih dari tubuh. Memulai hemodialisis menandai babak baru dalam perjalanan kesehatan pasien, yang membutuhkan pemahaman dan adaptasi.
Bagaimana Hemodialisis Bekerja?
Prinsip dasar hemodialisis adalah sirkulasi darah pasien melalui filter eksternal. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Akses Vaskular: Agar darah dapat mengalir dengan lancar dari tubuh ke mesin dialisis dan kembali lagi, diperlukan jalur akses vaskular yang kuat. Ada tiga jenis utama akses:
- Fistula Arteriovenosa (AV Fistula): Pilihan terbaik, yaitu penyambungan bedah antara arteri dan vena di lengan. Membutuhkan waktu beberapa minggu hingga bulan untuk matang sebelum bisa digunakan.
- Arteriovenous Graft (AV Graft): Jika fistula tidak memungkinkan, tabung sintetis disambungkan antara arteri dan vena.
- Central Venous Catheter (CVC): Kateter sementara yang dimasukkan ke vena besar di leher atau dada, sering digunakan di awal terapi atau jika fistula/graft belum siap.
- Mesin Dialisis (Ginjal Buatan): Darah pasien dialirkan dari akses vaskular melalui pompa ke sebuah filter khusus yang disebut dialyzer atau ginjal buatan. Dialyzer memiliki membran semipermeabel yang memisahkan darah pasien dari cairan dialisat (cairan khusus).
- Proses Penyaringan: Melalui prinsip difusi dan ultrafiltrasi, limbah-limbah berbahaya (seperti urea, kreatinin, kalium berlebih) dari darah akan berpindah ke cairan dialisat, sementara cairan berlebih akan ditarik keluar.
- Darah Kembali ke Tubuh: Darah yang sudah bersih kemudian dikembalikan ke tubuh pasien melalui jalur akses vaskular yang sama.
Frekuensi dan Durasi:
Hemodialisis umumnya dilakukan 2 hingga 3 kali seminggu, dengan setiap sesi berlangsung sekitar 3 hingga 5 jam. Durasi dan frekuensi ini disesuaikan berdasarkan kondisi klinis pasien, berat badan, sisa fungsi ginjal, dan kadar limbah dalam darah. Prosedur ini biasanya dilakukan di pusat dialisis yang dilengkapi dengan peralatan dan staf medis terlatih.